![]() |
Wajah sumringah bareng Presiden |
Bertemu
Presiden? Siapa yang tidak mau?
Sejak
Jum’at, 11 Desember 2014, saya sudah melihat status seliweran soal adanya Kompasianer yang diundang untuk
bertemu Presiden di Istana Negara. Awalnya saya tidak ngeh, soalnya sejak awal,
Pak Presiden dijadwalkan akan menghadiri acara pembukaan Kompasianival di
Piazza Gandaria City. Karena kesehatan sedikit terganggu, jadilah 100
Kompasianer yang diboyong ke Istana untuk bertemu Presiden.
Saya
memang sudah mengagendakan untuk datang ke acara Kompasianival tahun ini, ingin
bertemu kembali dengan para Kompasianer meski sudah lama tidak nulis di
Kompasiana.
Sejak
awal saat ditanya, “ke Jakarta mau ngapain?”, dengan santai saya jawab “mau
ketemu Pak Jokowi.” Jawaban yang awalnya
guyon itu ternyata menjadi kenyataan.
Dari
Ponorogo hari Kamis pagi, naik kereta jam 10 dari Madiun dan sampai di
Jakarta jam 11 malam. Terima kasih untuk
sahabat baik saya yang sudah meluangkan waktu menjemput dan memberi tempat
tinggal untuk saya.
Jum’at
sore saya pindah ke tempat saudara setelah sebelumnya mampir di kantor seorang
sahabat yang pernah bertemu di Hong Kong. Jam 9 malam hape saya isi batrei lalu
beranjak tidur, meski sangat terganggu dengan banyaknya nyamuk dan cuaca panas
Jakarta,
Jam
00.20 saya bangun dan ngecek hape, lumayan kaget karena tidak biasanya saya
kebanjiran inbok sebanyak itu. Isinya rata-rata meminta nomer hape, “mau diajak
makan siang sama Presiden”, begitu
rata-rata isinya.
Langsung
yang saya jawab paling duluan adalah inbok dari Mas Nurul (admin K), saya tanya
ada apa, lalu dibalas permintaan maaf, awalnya mau ngajak untuk ikut ke Istana,
tapi karena sudah ngirim daftar nama-nama ke pihak istana, jadilah nama saya
tidak dimasukkan karena saya balasnya lama.
Yaa,
meski ada rasa nyesel, kenapa tadi mengabaikan hape. Meskipun begitu, saya
tidak kecewa tidak diajak bertemu Presiden, mungkin belum rejeki, pikir saya.
Lalu saya tidur lagi sambil membayangkan
jika saya benar-benar bertemu Presiden dan diberi kesempatan untuk
menyampaikan unek-unek di depan Presiden.
Unek-unek
yang akan saya sampaikan ke Presiden adalah soal pelayanan KJRI Hong Kong yang
masih begitu-begitu saja, tidak ada perbaikan berarti dari waktu ke waktu.
Kemudian saya benar-benar tidur dan melupakan pertemuan dengan Presiden.
Sabtu,
12 Desember 2015 jam 5 pagi saya bangun, sholat dan melihat Facebook. Wuiihh,
isinya rata-rata status soal persiapan bertemu Presiden, khususnya mbahas soal
kostum, ya batiklah, sepatu, celana, sampai makanan.
Saya
pun nyetatus soal batalnya saya bertemu Presiden karena telat bales inbok dari
teman-teman dan nitip pesan buat yang
mau bertemu Presiden, tolong untuk lebih perhatian lagi sama buruh migran di
luar negeri dan tingkatkan pelayanan KJRI/ KBRI di luar negeri.
Saat
enak-enaknya ngobrol sama saudara, Sabtu pagi, sekitar jam 7.30 Mas Nurul
telpon. Untung hape sedang saya pangku, kalau tidak, mungkin saya batal beneran
ke Istana karena hape saya silent dan tanpa getar plus NOL pulsa.
Mas
Nurul mengabarkan kalau masih ada kursi kosong, mau nggak, siap gak kalau ke
Istana Negara, saya langsung jawab SIAP. “Jam 09.30 usahakan sampai Gancit ya,
mbak.” Pesannya.
“OK,
Mas. Siap” untung sudah mandi :D
Jadilah
saudara bantuin bongkar lemarinya, nyari baju batik yang cocok di badan saya
dan untungnya ada yang muat. Tapi, ada tapinya ni, baju batik yang saya pakai
itu kancing bajunya pada lepas, hanya tersisa dua kancing saja itupun sudah
hampir lepas. Sebagai gantinya, terpaksa peniti dijadikan alat penolong karena
untuk masang kancing baru sangat tidak mungkin.
Sarapan,
nyetrika, ganti baju, dandan lalu pesan gojek, tidak ada waktu satu jam saya
akhirnya berangkat menuju ke Gandaria City dengan isi kepala yang sudah beda
dengan malam sebelumnya.
Sepanjang
perjalanan dengan gojek, pikiran saya sudah melanglang kemana-kemana, antara
percaya dan tidak akhirnya akan bisa bertemu dengan orang nomor satu negeri
ini. Saya pun belum mengabari orang tua karena belum ada pulsa :D.
Sabtu
pagi yang macet, untung abang gojeknya bisa nyari jalan pintas, meski agak
jauh, tapi lumayan tidak macet dan jalanan lancar. Satu jam naik motor dengan
memakai rok ternyata capek juga, tapi capek hilang setelah sampai di depan
gedung Gandaria City lalu akhirnya bisa bertemu para Kompasianer yang sudah
memegang kartu undangan. Lalu saya mencari Mas Nurul, absen, dapat undangan dan
bergabung dengan yang lain.
Maaakkkk,
anakmu mau ketemu Presiden.
Bersambung.
4 komentar
kalimat terakhirnya, "Maak anakmu mau presiden.." ?? hehehe
ReplyDeleteTypo mas hahahaha
Deleteluar biasa, prestasi yang membanggakan untuk pemuda Indonesia, khususnya Ponorogo.
ReplyDeleteHehehehe, makasih Kang Pardi, semoga Blogger2 Ponorogo diundang ke Istana
Delete